Namun, kata Kadisnak, untuk mencapai potensi maksimalnya, sektor peternakan di Aceh membutuhkan dukungan dari berbagai pihak, termasuk para dokter hewan. Peran dokter hewan sangatlah penting dalam menjaga kesehatan hewan ternak dan meningkatkan produktivitas peternakan.
Dokter hewan juga memiliki tanggung jawab untuk mendiagnosi, mengobati dan mencegah penyakit hewan, serta memberikan edukasi kepada peternak tentang cara memelihara hewan ternak yang baik dan benar.
Dalam sambutannya, Zalsufran juga mengapresiasi Fakultas Kedokteran Hewan yang ada di Indonesia, terkhusus Universitas Syiah Kuala yang telah membantu pemerintah Aceh dalam menurunkan angka Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada tahun 2023 lalu hingga zero case.
Pada kesempatan tersebut, Zalsufran juga mengundang para peserta simposium untuk berinvestasi di sektor peternakan di Aceh, karena Aceh menawarkan berbagai peluang investasi yang menarik, seperti pembangunan peternakan modern, pengembangan teknologi peternakan, dan pengolahan produk peternakan.
“Terima kasih sekali lagi kepada seluruh pihak yang telah berpartisipasi dalam menyukseskan penyelenggaraan Simposium Internasional AJIVE ke-8 ini.
Semoga dapat menghasilkan kesepakatan dan kerjasama yang bermanfaat bagi kemajuan pendidikan kedokteran hewan di Indonesia dan Jepang,” pungkas Zalsufran. []