Pada 2021, jumlah tabungan Bank Aceh naik hingga 14,75% atau menjadi Rp 10,55 triliun. Rasio dana murah atau current account saving account Bank Aceh tercatat sebesar 75,08% terbesar dari seluruh BPD yang ada di Sumatera. Di tahun 2021, Bank Aceh mencatatkan total aset sebesar aset Rp 28,17 triliun atau tumbuh sebesar 11% (YoY), DPK Rp24,02 triliun tumbuh 11,3%, pembiayaan Rp 16,35 triliun tumbuh 7%, dan laba Rp 392,13 miliar tumbuh 17,7%.
Atas kinerja yang apik di 2021, Bank Aceh sukses mebuktikan diri sebagai bank yang terbaik di kelompok KBMI 1 dan mempertahankan predikat “sangat bagus” dengan mendapatkan total skor tertinggi. Skor yang didapat tahun ini juga lebih baik, yaiu 94,07%, dari sebelumnya 90,43% di 2020.
“Pada saat Bank Aceh konversi menjadi bank syariah di 2016, banyak yang menanyakan keputusan itu. Tapi, sekarang terbukti bahwa Bank Aceh mampu mencatatkan kinerja yang sangat baik. Bahkan, sekarang ini Bank Aceh menjadi barometer bagi BPD lain yang ingin konversi,” lanjut Haizir.
Haizir mengatakan pencapaian ini dicapai setelah Bank Aceh memprioritaskan fungsi intermediasi terhadap sektor-sektor yang potensial dan memiliki kemampuan pemulihan lebih cepat. Selain itu, manajemen juga fokus memperkuat fondasi core banking, infrastruktur transaksi digital, dan penyempurnaan proses bisnis untuk mendukung perkembangan digital. Bank Aceh, kata Haizir, saat ini terus berupaya memperluas ekosistem digital sebagai bentuk partisipasi dalam integrasi open banking.
“Hal ini tentunya merupakan wujud dari dukungan seluruh pihak terhadap Bank Aceh,” ujar Haizir Sulaiman, seraya menyampaikan apresiasi dan rasa terima kasihnya kepada Pemerintah Provinsi Aceh, Pemerintah Kabupaten/Kota, DPRA/ DPRK, Alim Ulama, Teungku, Abu, Akademisi, dan seluruh Masyarakat Aceh yang telah mendukung kinerja Bank Aceh hingga menjadi bank yang diperhitungkan di kancah nasional.