“Setelah jatuh itu, saya hijrah ke Banda Aceh, sekitar tahun 2009/2010. Alhamdulillah, kini usaha saya itu sudah bangkit kembali,” ucapnya. Artinya, sudah 14 tahun dirinya, menetap di Banda Aceh. Dan saya mulai bukan dari nol, tapi minus nol ,” paparnya.
“Kalau nol itu, masih adalah isinya, tapi kalau minus nol, saya pikir itu memang sudah tidak ada sama sekali. Untuk itu, katanya tidak ada alasan untuk sekarang ini kita tidak buka usaha. Karena bagi saya nol itu masih memiliki nilai, kecuali minus nol, yang memang sama sekali tak lagi memiliki isi.
“Bagi saya nol itu masih memiliki nilai dibanding minus nol, yang saya pikir itu memang sama sekali tidak lagi memiliki nilai apa apa lagi,” jelasnya.
Ia juga mengatakan, seperti kejatuhan yang pernah dirasakannya, beberapa tahun yang lalu, namun dirinya tidak pernah putus asa hingga sekarang ini terus bangkit memperbaiki kekurangan kekurangan yang dulunya pernah dirasakan.
Tampak terlihat pekerja sedang memproduksi Telur Itek, menjadi telor Itek Masen. (Foto: Acehinspirasi.com)
Saat ini usaha Boh Itek Masen Aceh, yang saya jalankan sekarang, ini bisa saya katakan sudah berjalan bagus. Hanya saja kendalanya, adalah pasokan bahan mentahnya itu. Kita masih menerima pasokan dari luar Aceh,”ungkapnya.
Untuk itu, sebutnya, ketersediaan bahan baku sangat kita harapkan di Aceh, karena salah satunya dapat meningkatkan tenaga kerja dan membangkitkan prekonomian khususnya di Aceh. Sehingga petani perternak itek kita bisa bangkit dan maju untuk mengembangkan usaha pertenakannya.