Secara sistem akan lebih kuat dan handal, namun ada yang lebih menarik yang juga mungkin informasi kita bersama yang mungkin perlu disebarluaskan juga kepada masyarakat. Artinya dengan ketersediaan energi yang ada di Aceh, kalau kemudian tidak kita gunakan di Aceh, yaitu akan digunakan di Medan.
“Nah, ini memang kaitannya dengan iklim investasi di Aceh sendiri. Yang bagaimana kemudian kita sama sama tau bahwa di Aceh industri kalau ukuran kami PLN , peran dari industri memang tergambar dengan kondisi konsumsi untuk industri dibawah satu persen. Kalau di Medan industri 10 persen.
Saat ini infrastruktur kelistrikan di Aceh dalam proses ujicoba pembangunan yang mungkin sebentar lagi akan tersistem dan tersedia energi yang lumayan banyak.
“Dan kalau ini tidak dimanfaatkan sebagai bentuk upaya menarik investasi, tentu sangat sayang sekali. Jadi nanti kemudian kalau Justru industrinya tumbuh di
Medan, ya kita mengirim ke Medan,” paparnya.
Selanjutnya, dengan ketersedian energi di Aceh kita berharap investasi atau semacam hilirisasi yang seperti sekarang Aceh lakukan yakni mengekspor bahan mentah, seperti ikan dikirim ke Medan. Tapi bagaimana sekarang memproses bahan mentah itu di Aceh dan di ekspor keluar Aceh.
“Nah ini tentukan butuh listrik memprosesnya, dengan adanya cadangan energi yang lumayan ini tentu kita berharap ada arus investasi, walaupun memang tidak hanya soal listrik tapi ada soal lain, bahkan seperti soal perizinan dan lain lainnya yang mungkin ada hambatan hambatan arus berinvestasi di Aceh.
