JAKARTA, ACEHINSPIRASI.COM, Ada ramalan buruk soal harga emas. Bahkan emas diprediksi turun ekstrem.
Ini pertama kali diungkap analis komoditas Reuters, Wang Tao. Ia mengatakan jika emas dunia gagal menembus ke resisten US$ 1.800/troy ons, harga akan terus mengalami penurunan.
“Lebih dari itu, kegagalan menembus US$ 1.800/troy ons akan membawa kehancuran,” tegas Wang dalam risetnya, dikutip Sabtu (28/7/2021).
Level US$ 1.800/troy ons memang menjadi krusial bagi emas. Banyak analis menetapkan level psikologis tersebut sebagai area resisten.
Wang ragu apakah harga emas bisa naik ke US$ 1.828-1.861/troy ons. Ia menilai mungkin tren kenaikan harga emas sudah selesai, di mana pola penurunan harga sudah terbentuk secara teknikal.
Sebenarnya, jika melihat awal pekan ini, Senin (23/8/2021), emas sempat meroket 1,4%, emas mengakhiri perdagangan di US$ 1.805/troy ons, di atas level resisten. Tetapi tidak lama kemarin langsung balik lagi ke bawahnya.
Jika melihat ke belakang, pada 6 Agustus lalu harga emas dunia jeblok 2,3% ke US$ 1.762/troy ons. Ini juga dari posisi penutupan hari sebelumnya US$ 1.804/troy ons.
Sehari setelah jeblok, emas bahkan mengalami flash crash atau ambrol nyaris 4,5% dalam tempo kurang dari 15 menit. Pergerakan tersebut menunjukkan aksi jual emas meningkat ketika sudah berada di bawah US$ 1.800/troy ons.
Di sisi lain, isu tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE) oleh bank sentral Amerika (AS) atau The Fed menjadi momok lain. Di 2013, harga emas dunia ambrol saat The Fed melakukan tapering.