Dari analisa angka tahun dan Time Line sejarah yang paling mendekati dengan masa Pangeran Walang Sungsang sebelum berkuasa di Cirebon pada tahun 1460 M adalah Sultan Shalahuddin.
Penelusuran dan Penelitian Tuan Guru Fekri Juliansyah ini diperkuat oleh Babad Cirebon yang mengisahkan tentang pertemuan Pangeran Wala Sungsang di Samudera Pasai dengan Datuk Sholeh.
“Diceritakan saat itu abad 15 M, Pangeran Cakrabuana (Mbah Kuwu Carbon) dalam kunjungannya sebagai penguasa Cirebon di Negeri Pasaeh (Pasai). Ia memilih untuk bertinggal di rumah Syekh Datuk Soleh.
Dalam singgahnya Pangeran Cakrabuana menemukan putri dari Syekh Datuk Soleh yakni Nyi Muthmainah (Nyi Mas Gandasari) sedang dalam kondisi sakit parah.
Sedikit berbeda dengan kisah sebelumnya bahwa Nyi Mas Gandasari diceritakan masih bayi.
Dalam obrolannya dengan Pangeran Cakrabuana, Syekh Datuk Soleh menceritakan prihal putri semata wayangnya tentang upaya penyembuhan anaknya dan penyakit yang diderita sang putri.
Mendengar penuturan Syekh Datuk Soleh, Pangeran Cakrabuana bergegas bermunajat meminta kesembuhan kepada ALLAH.
Berkat karomah Pangeran Cakrabuana, Nyi Muthmainah sembuh. Melihat putrinya sembuh Syekh Datuk Soleh berterima kasih kepadanya dengan menyerahkan putrinya untuk dijadikan murid. Dan saat itulah Nyi Mutmainah yang masih kecil dibawa ke Cirebon dan diangkat menjadi anak angkat Pangeran Cakrabuana dan diberi nama Nyi Mas Gandasari.
Dari Babad Cirebon dan Sejarah Samudera Pasai maka dapat teridentifikasi bahwa Nyimas Gandasari adalah Putri dari Sultan Shalahuddin atau dalam Babad Cirebon disebut Mbah Sholeh dari Samudera Pasai. Datuk Sholeh identik sebagai panggilan dari Sultan Shalahuddin/Sholehuddin.