Jangan mimpi menjadi bupati atau walikota atau gubernur kalau tak ada uang bermilyar-milyar. Bahkan untuk menjadi penjabat birokrasi pun kadangkala mesti membayar sejumlah uang tertentu kepada pemenang Pilpres atau Pilkada.
Kedua, Kekuasaan Yang Cawe-Cawe
Dalam setiap text book Sosiologi ada satu bab yang menjelaskan tentang status dan peranan. Hampir semua buku teks Sosiologi membahas bab yang penting ini.
Setiap orang pasti memiliki status dan setiap status melahirkan peranan-peranan.
Status sering dipahami sebagai keberadaan seseorang dalam komunitas tertentu. Karenanya, status sering pula diartikan dengan posisi atau kedudukan seseorang dalam masyarakatnya dibandingkan dengan posisi orang lainnya dalam masyarakat tersebut. Misalnya status; guru, dosen, polisi, tentara, ulama, dokter, advokat, akuntan, bidan, perawat, aktivis, organisatoris, artis, tokoh, toke, politisi, birokrat, pejabat, kepala daerah, menteri, presiden, dan lain-lain profesi. Ini merupakan status seseorang yang dibedakan dengan status orang lain dalam suatu masyarakat.
Status lebih luas dari sekedar profesi karena status bisa diperoleh dengan perjuangan usaha keras sehingga seseorang berhasil dalam profesi tertentu. Tetapi status bisa juga diperoleh tanpa upaya sama sekali. Misalnya, bangsawan, anak pejabat, anak presiden, anak menteri, anak rektor, dan lain-lain.
Tinggi rendahnya suatu status ditentukan oleh anggapan masyarakat terhadap sesuatu yang dianggap berharga. Setiap komunitas masyarakat memiliki anggapan yang berbeda-beda terhadap sesuatu yang berharga.